Westlife World

Westlife For Now and Forever

Westlife For Now and Forever

Rabu, 22 Agustus 2012

Puzzle Of My Heart *Part 8*


#8 Ketika Cinta Itu Datang

*Shoot Her!*

@O’Rice Chalet Restaurant

   Di barisan meja nomor empat, duduk seorang lelaki berpakaian kemeja putih berbalut jas hitam, tampak sangat tampan walau sederhana. Di tangannya, sudah tergenggam sepucuk mawar merah dan sebatang coklat ‘Godiva’. Dia sedang menunggu seseorang dengan cukup lama sambil berharap-harap cemas. diremasnya jemari-jemari yang sudah panas dingin. Setiap menit, dilihatnya IPhone berulang kali berharap ada pesan masuk dari orang yang ditunggunya. Setelah hampir tiga puluh menit dia menunggu, datanglah seorang gadis cantik mengenakan long-dress berwarna merah tua dengan rambut indah tergurai berhiaskan pita pink di poninya. Sangat cantik, bak seorang putri.
“Hai, Mark! Maaf menunggu lama, mencari sebuah baju yang cocok sangatlah rumit dan membutuhkan waktu lebih dari dua jam!” keluhnya. Mark hanya tersenyum sambil mempersilahkan dia duduk.
“Casual pun yang kamu pakai, akan tetap terlihat cantik.” Puji Mark. “Nicole, bloss on mu ketebalan ya??” Tanya Mark yang membuat Nicole terkejut. Sebenarnya itu bukanlah bloss on yang over dosis, tapi rona merah pipi Nicole akibat pujian Mark tadi. Tak lama kemudian, beberapa menu makan malam itu sudah siap tersaji di atas meja hidangan.

   Setelah mereka berdua selesai menyantap hidangan, tiba-tiba Mark meminta Nicole untuk menutup matanya sementara. Mark menggenggam tangan Nicole dan menuntunnya ke suatu tempat tak jauh dari tempat mereka semula.
“Mark, kita di mana?” Tanya Nicole penasaran. Lalu Mark menyuruh nya untuk membuka mata perlahan-lahan. Beberapa saat, di sekelilingnya sudah berderet rapi lilin-lilin kecil yang bersinar layaknya rembulan di daratan. Sedangkan di depannya, terdapat lampu-lampu kecil yang mengantung berbentuk hati menyala terang benderang. Tiba-tiba, bunyi tuts piano mengalun indah memecah kesunyian malam.
“Mark??” panggil Nicole mencari-cari Mark. Dan dari arah belakang, terdengar suara lelaki menyanyi yang diiringi piano tadi. Nicole berbalik arah, mencari asal suara yang didengarnya sangat sangat indah!

“…. I'm ready to begin this journey
Well, I'm with you with every step you take
And we've got a whole lifetime to share
And I'll always be there, darling, this I swear

So please believe me for these words I say are true
And don't deny me a lifetime loving you
If you ask, will I be true' Do I give my all to you'
Then I will say I do

So come on, just take my hand
Oh, come on, let's make a stand for our love
But I know this is so hard I believe, so please

So please believe me for these words I say are true
And don't deny me a lifetime loving you
And if you ask, will I be true' And do I give my all to you'
If you ask, if I'll be true' Do I give my all to you'
Then I will say I do…”

Entah apa yang kini ia rasakan. Di hadapannya, Mark dengan memegang sebatang mawar merah dan sebatang coklat kesukaannya berlutut santun padanya sambil tersenyum sangat manis.
“Nicole, sorry if I was overreacting. however, this is all I try for you. probably the first time, you and I never knew each other. but guess it suddenly came to me. with all the confidence and support of friends, will you be my girlfriend?” Nicole terhenyak sesaat mendengar itu. Sepertinya dia belum siap untuk menerima pernyataan Mark. Entah cinta nya pada Mark belum terbumbui atau rasa cinta pada orang lain mengalahkan segalanya. Dia takut untuk menolak, namun dia juga tidak bisa membohongi persaan dirinya sendiri. Mark, lelaki yang baru beberapa bulan dikenalnya tanpa sadar telah jatuh cinta padanya.
Dia bingung harus menjawab apa, dia juga tidak tega harus melukai hati seorang lelaki yang mungkin disia-siakannya, karena Mark adalah idaman para wanita.

   ‘Emm, Mark?” panggil Nicole hingga membuat Mark sedikit cemas. Mark takut, cintanya tertolak untuk yang kedua kalinya selain pada Calmond.
“Bangunlah,” pinta Nicole. Dia menarik tangan Mark dan mengajaknya duduk di sebuah kursi panjang berhiaskan rangkaian mawar putih berseri.
“Maaf, sekali, sebelumnya aku sangat terkejut atas apa yang terjadi dan yang kamu ucapkan tadi.” Ucap Nicole hingga membuat Mark menundukkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya dari hadapan Nicole.
“Beri aku waktu untuk memikirkan semua ini. Tapi ku mohon, apapun jawabannya nanti, menurutku itu yang terbaik. Percayalah…” lanjut Nicole dengan sangat hati-hati. Saat itu hanya terdengar dengkrikan jangkrik dan terangnya lampu hias yang menemani mereka berdua. Mark tiba-tiba terdiam dalam kebisuan hatinya. Dia berusaha menguatkan diri agar tetap terlihat gentleman.
“Baiklah, terimakasih untuk malam ini. Kamu bersedia datang dan menemaniku makan malam.” Ucap Mark sangat lirih. Nicole menganggukkan kepala dan mencoba tersenyum semanis mungkin.
“Hampir larut malam, aku harus segera pulang.” Beritahu Nicole pada Mark sambil melirik arloji di tangannya. “Mau kuantar?” tawar Mark.
“Tidak perlu. Supirku sudah menunggu di depan bersama mobil nya. Hope you’ll be okay. Good night Mark!” sahut Nicole. Dengan perlahan, dia meninggalkan Mark di tengah-tengah dinginnya malam yang semakin larut, sama larutnya dengan hati Mark saat itu.

   “Elo masih punya harapan, Mark. Nicole kan belum menjawab, artinya mungkin saja dia mengiyakan nantinya. Don’t be sad, bro! Kita masih ada buat bantuin lo.” Hibur Nicky sambil meletakkan tangannya di bahu Mark.
“Yoi, Mark! Gue, Nicky dan Shane bakal siap buat bantuin elo nyari gebetan yang lain seandainya ditolak sama Nicole.” Timpal Bryan. Sayangnya, saat itu Shane tidak bisa hadir bersama mereka. Sepertinya ada keperluan lain. Kemudian Mark bertanya pada Bry soal hubungannya pada Shane akhir-akhir ini yang membuat Bryan agak gusar untuk menjawabnya.
“Gue dan Shane baik-baik aja. Cuma sedikit komunikasi aja. Dia juga sibuk begitupun gue.” Jelas Bryan,
“Gue harap, elo dan Shane akur lagi seperti dulu. Gue enggak mau di antara kita saling jaga jarak.” Harap Mark.
***

   Tuk.. tuk.,. tuk.. Suara hentakan pensil milikku membahan seisi kelas yang mulai kosong dari penghuninya. Perasaan jenuh dan bosan menghampiriku. Harusnya sekarang adalah waktunya makan siang. Tetapi tiba-tiba perutku menolak untuk diisi. Sreeeettt!!!! Sebuah pesawat kertas melintas melewati jendela tak jauh dari tempatku duduk dan mendarat dengan sukse di mejaku. Iseng-iseng kubuka isi kertas itu. Ternyata ada beberapa baris tulisan yang ditujukan pada………. AKU!

Isi suratnya àSorry if I disturb you. But only for some time. Do you still remember the letter in the drawer of your desk some time ago? Actually I was a fan of your secrets. Someday, I'll know who I am. if it is very timely. I hope you still want to wait for. I love you”

Ya Tuhan, apalagi sih ini? Aku memang sedikit penasaran. Dalam surat ini dikatakan bahwa si pengirim adalah penggemar rahasiaku. Grrrrr….. sudahlah, mending kusimpan saja surat ini. Siapa tau penting untuk tugas menulis surat cinta(?)

   Tiba-tiba kepala seseorang muncul di depan kelas tanpa diundang. Aaaapa jangan-jangan hantuuu?? Ohhh nooo!!
“Doooorrr!!” teriaknya sehingga akupun teriak sedemikian kencangnya membuat beberapa teman berdatangan untuk melihat apa yang terjadi. Taukah kalian, aku sangat malu menjadi bahan tontonan sekarang! Ternyata ini semua ulahnya Bryan! Aaah, apa sih maunya dia?? Setiap hari mungkin bagi dia sangat hampa jika tidak menganggu orang lain termasuk aku!
“Bryyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!!!!!!!!!” kesal ku meledak tumpah tanpa bisa di kontrol lagi. Dia hanya cengar-cengir seolah tidak bersalah, sedikitpun! Heeh!
“Sorry sorry, habisnya sendirian aja sih? Serius amat baca apaan tuh?” Tanya Bry. cepat-cepat kumasukkan surat tadi sehingga membuat Bry penasaran.
“Cie cieee, surat dari sopooo??” godanya. “Mau tau aja!” jawabku, judes.
“Emm, eh Bry, kamu tadi ngeliat Shane gak?” tanyaku. Bryan tiba-tiba berdengit melihatku.
“Shane? Tumben nanyain dia? Gue gak tau. Mungkin di perpustakaan sekolah. Cari aja.” Jawabnya tak acuh. Ih, si Bryan kalau ditanya gak pernah serius!
“Yaudah deh, aku mau ke perpus aja, sekalian pinjam buku dann…”
“Dan apa???????” Tanya Bryan, penasaran. “Ketemu Shane! Mau ikut?” tawarku.
“Enggah deh. Hati-hati ya di jalan, nanti tersandung pula.” Ucapnya sambil cekikikan. Ceritanya dia doain aku jatuh di jalan gitu?? Ggrrrrrrr!
“Huh, aku pergi dulu ya. Bye bye, Bryan cubby.” Ledekku. Senyum Bryan sirna secara perlahan-lahan. Entah kenapa.
“Yahh, padahal gue mau ngajak lo lunch, Shel. Tapi malah milih nyamperin si Shane.” Keluhnya dalam hati. Dia berjalan lunglai ke luar kelas hampir menabrak tembok kelas yang disangkanya pintu keluar.

@Perpustakaan

   Celingak-celinguk, kiri kanan kulihat saja, banyak buku berjajar aarrr… Hehehe! Aku mencoba mencari Shane di lorong ke tiga. Mungkin saja dia sedang menghapal rumus matematika, pelajaran kesukaannya! Aku berjalan perlahan. Memperhatikan sekeliling. Siapa tau aja ketemu Shane di jalan.
“Shaaannnee!!” panggilku sehingga membuat seorang petugas di situ hampir marah padaku. Shane melihat ke arah ku dan tersenyum. Hiyaaaa!!! Senyum yang kutunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Aku segera menanyakan padanya tentang festival minggu depan.
“O iya, bagaiman pertemuan dengan Ms.Elizabeth? sudah?” dia balik bertanya. Aku mengangguk pertanda sudah.
“Ms.Elizabeth memintaku untuk bermain piano sekaligus menyanyi bersama mu. Dan berkat nasihatmu, dengan mantap kuiyakan permintaannya.” Ucapku senang. Shane juga terlihat sangat gembira mendengarnya.
“Kamu pasti pemain piano yang sangat handal. Seperti dad mu.” Celetuk Shane tiba-tiba. Apa?? Seperti dad? Shane kenal dengan dad? Bagaimana dia tau dad bisa bermain piano?
“Sudah jangan dipikirkan. Makan siang dulu yuk? Setelah itu baru kita bicarakan rencana selanjutnya.” Ajak Shane sambil menarik tanganku. Kebetulan saja perutku tiba-tiba bunyi. Hahaha… aneh! Saat di kantin, aku bertemu Mark, Nicky dan juga Bryan.
“Waah, mau makan siang berdua yaa?? Boleh ganggu gak?” goda Mark.
“Udah Mark jangan ditanya lagi. Shane kan baik hati, jadi kita pasti dibolehin dong. Wkwkwkwkw!” sergah Nicky. Namun Bryan hanya diam bagai patung yang hiportemia di siang bolong. Nicky mendorong Bryan hingga dia terkejut dan membalas dorongan Nicky. Wajahnya hanya murung saja. Ckcckck!
“Tuh kan, gue keduluan lagi sama Shane! Mending minder aja ah!” kesal Bry dalam hati. Dia memisahkan diri ke meja lain. Sedangkan aku makan bersama Shane, Nicky dan Mark.
***

* Tiga Hari Kemudian *

   Seperti biasa, aku hanya menghabiskan waktu makan siang di kelas dengan beberapa teman. Dan pesawat kertas beberapa hari lalu kembali datang ke meja ku. Dengan segera kubuka lipatan kertas dan membaca isinya,
Hi Chisel, I hope I'm not busy. Meet me at the school  park near the school football field.”
Whaaat?? Apaan lagi nih?? Ketika aku beranjak pergi dari tempat duduk, sebuah pesawat kertas kedua datang ke mejaku. Ckckcck! Aku ingin segera pergi, namun rasa penasaranku mengalahkan keinginanku tadi.
 “Kamu tidak perlu tahu siapa aku. aku mohon temui aku di taman sekolah dekat lapangan basket.

   Tuhaaan!! Apa yang terjadi dua orang misterius memintaku untuk menemuinya di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang sama! Wujudku hanya satu sedangkan yang harus kutemui dua! Aku dilanda kebingungan. Entah yang mana harus ku pilih. Dan tempatnya pun berseberangan. Aku pun berjalan seperti orang linglung, sambil menggigit jari dengan perasaan cemas. Aku harus pilih ke mana?

***
 Naah, di awal cerita part 8 ini, kisah romantisme nya Nicole sangat indah bukan? *ditimpuk team feehily*
Berbeda jauh dengan Nicole, si Chisel malah mendaptkan surat yang sangat misterius dari dua orang tak dikenalnya. Dan kebingungan mulai melandanya ketika orang itu memintanya menemui dengan waktu yang sama dan tempat yang berbeda! Yang mana kah yang akan dipilh Chisel??

Penasarankan?? Ikutin terus ya ceritanya! Part 8 menyusuuul, babaay! ;)

Thanks before, Bella. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar