#6 Sepucuk Surat
Cinta
Tak berbeda
dari hari kemarin, aku kembali berjalan menuju kelas seorang diri. Tak seperti
biasanya pula selalu ditemani Nicole dengan sambutan senyumnya yang hangat. Sangat
tak nyaman jika aku harus menjauh darinya untuk sesaat atau selamanya. Berapa menit
ketika aku hendak meletakkan tas, tampak sekelebat bayangan seseorang (bukan
hantu ya!) dengan cepat keluar kelas. Whaat?? Who is?? Aku mulai berpikiran
macam-macam. Oh, c’mon Chisel!!! Everything is okay! Aku mulai menenangkan diri
yang sedikit parno melihat hal tadi. Kebetulan lampu kelas dalam keadaan redup,
jadi penglihatanku sedikit terganggu. Ketika aku sedang meletakkan kamus bahasa
inggris di laci meja, tiba-tiba tanganku mendapatkan sesuatu yang aneh. Jangan-jangan
ada cecurut ngumpet lagi?!! *trauma*. Namun ternyata, aku mendapatkan secarik
amplop berwarna merah muda berbentuk hati. *ehem eheem.
“For me??” gumamku. Aku mencoba
melihat isi amplop itu, sayangnya seorang cowok memanggilku untuk keluar kelas.
Tanpa sadar, aku meninggalkan surat
itu dengan sembarang.
“Bryan ? Ada apa? Tumben pagi-pagi
ke sini?” ternyata Bry dengan wajah cemas menghampiriku tanpa alasan. Dia menarik
lenganku untuk mengikuti langkahnya entah ke mana. dengan tak terduga, dari
sisi kiri, Nicole baru datang bersama seorang temannya. Dia melihatku bersama Bryan dan tiba-tiba
wajahnya sangat masam. Aku hanya bisa diam melihatnya bersikap seperti itu.
@Neoclassical Park
“Bry, ada apa sih? Lepaskan dulu tanganku!” lalu Bry melepaskan
genggamannya dan menghadapkan wajahnya padaku.
“Gue ke sini cuma mau nanya
sesuatu sama lo. Gue harap elo jawab jujur sama gue. Janji?” Bry mengulurkan
kelingkingnya pertanda aku harus menepatkan ucapannya tadi.
Tapi, aku hanya diam. Jujur saja,
aku masih tak mengerti apa yang dimaksud Bryan .
“Baiklah…” aku menyambut kelingkingnya dengan senyum
kecut. Kicauan burung merpati pagi itu seolah menjadi penghiburku kali ini. Entah
mengapa aku menjadi tak semangat, diriku sendiri bingung apa yang tengah
terjadi.
“Shel, kemarin kenapa lo nangis? Jujur
ya. Kalau lo mau cerita sama gue, gue selalu siap. Tapi, kalau enggak juga gak
apa-apa.” Bryan
bertanya dengan sikap yang kuyu tidak seperti biasanya. Nangis?? Ternyata dia
masih ingat kejadian kemarin. Padahal aku mencoba untuk melupakan hal itu. Dengan
sabar, Bryan
masih menunggu jawaban dariku.
“Eerr, enggak kenapa-kenapa kok. Udah
deh, lupain aja.” Aku mencoba mengalihkan perhatiannya. Namun Bry masih diam
seolah tetap pada pendiriannya.
“Gue gak yakin, Shel. Kenapa sikap
lo sama gue akhir-akhir ini beda? Gak seperti biasanya.” Aku menarik napas
panjang lalu menghela, “Oke Bry, tapi gue mohon kamu jangan marah ya. Sebenarnya,
kemarin Nicole marah sama aku gara-gara lupain janjinya yang bentrok dengan
janji aku sama mu. Karena sudah terlanjur ikut kamu, aku terpaksa ninggalin
Nicole. Dan sampai saat ini Nicole masih bersikap tak acuh padaku.” Aku mencoba
menahan desakan air mata dan sesaknya napas di dada.
“That’s means, I was wrong! Chisel, kalau elo bilang dari pertama gue
juga gak bakal maksa.” Terlihat Bryan sangat menyesal. Begitupun denganku. Namun
apa daya, nasi sudah menjadi bubur, dan waktu takkan bisa berputar kembali.
“Chisel, maafin gue. Gue janji
gue bakal bantuin elo buat baikan sama Nicole.” Sekali lagi Bry memelas memohon
padaku. Sebenarnya sangat tidak tega melihat dia seperti itu, namun emosi masih
menguasai pikiranku, dan keadaanku semakin tidak stabil.
***
Aku kembali teringat dengan sepucuk surat yang kutemukan tadi pagi. Namun, aku
tidak menemukan surat
itu kembali. Mana kelas lagi rame! Tak terduga, seseorang berdiri dihadapanku
sambil memegang sesuatu yang sepertinya kukenal. IT’S MY LETTER! Aku terkejut,
Nicole! Sekarang surat
itu ada di tangannya. Ya ampun, kenapa aku bisa teledor sih! Surat itu sepertinya privacy dan aku ceroboh
meletakkannya dengan sembarang.
“Chisela Misery! Maaf ya, aku
sudah baca duluan. Sebenarnya aku tak tau untuk siapa surat
ini, so aku enggak salah kan ??
Dan ternyata untuk mu. Ternyata sudah kuduga lebih dahulu, pasti kamu ada
hubungan dengan dia!” Nicole melempar
suratnya ke wajahku. Tidak kusangka-sangka, sebegitukah Nicole menyikapi
masalah ini? Rasanya aku ingin bertukar kehidupan dengan Koa yang masih kecil
dan tak mempunyai masalah. Namun mustahil rasanya. “Maksud mu apa??” aku balik
bertanya. Nicole hanya tertawa hambar dan menjamkan tatapannya padaku.
“Baca aja sendiri! Atau perlu aku
bacain di depan mereka semua????!!” terlihat Nicole mengancam sehingga
membuatku bermohon padanya untuk tidak senekat itu. “Palingan dari cowok kamu
itu, BRYAN MCFADDEN!” timpal Nicole sebelum dia mengehentakkan kursinya lalu
berjalan ke luar kelas. semua mata di kelas tertuju padaku. Aku hanya
menundukkan kepala lau berjalan loyo menuju toilet.
Gedebuukdunggcesstingg!!! Yess, akhirnya aku kembali jatuh mirip orang
idiot! *depresi* “Loh, Chisela kan ?”
Tanya seseorang di depanku bersama satu orang teman di sampingnya. “Loh, Mark,
Nicky. Kalian ngapain ke sini?” aku balik bertanya. Mereka berdua saling
bertatap wajah dan tersenyum tipis.
“Gue malah mau ketemu sama lo. Beruntung
udah ketemu duluan. Lagian, gue juga lupa di mana kelas lo.” Jawab Mark. Aku yang
tadinya mau ke toilet jadi nge-gossip sama dua cowok ganteng ini *eh. “Emang
ada apa?” tanyaku. Mark tampak malu-malu dan mengisyaratkan Nicky untuk
menjelaskan semuanya.
“Emm, begini, Shel. Mark ini mau
minta tolong sesuatu sama kamu. Dia lagi falling in love sama sahabatmu itu, si
Nicole. And finally, Mark dengan mantap pengen nembak si Nicole.” Aku hanya
melongo mendengar apa yang diucapkan Nicky barusan. Seolah tidak percaya, aku
menggoyang-goyagkan telingaku agar tidak salah dengar.
“SERIUS? MARK MAU NEMBAK NICOLE?”
teriakku yang membuat siswa-siswa yang melintas kecewa mendengarnya. Maybe,
mereka suka juga kali sama Mark dan patah hati mendengar itu. Nicky dan Mark
menarik tanganku. Mau dibawa ke mana lagi??!!!
“Chisell yang cantik, baik hati, dan rajin menabung. Bantuin gue ya ya.
Ntar gue beliin coklat deh, ya ya yaaa, please, ayo dong Shel jawab. Ya ya
ya??? Ya ya??” Mark menyerocos sedemikian sehingga aku dan Nicky melongo.
“Gimana aku mau jawab, kamunya
nobros sampai nabrak tembok gitu! Maaf Mark bukannya aku tidak mau, tapi…. Aku dan
Nicole sedang ada masalah, so, it’s impossible.” Aku merasa tidak enak pada
Mark. Padahal sepertinya dia sudah sangat berharap, tapi mau gimana lagi? Sedangkan
Nicole judesnya tingkat dewa!
“Masalah? Benarkah? Padahal kurasa
kalian tidak pernah ada masalah. Baiklah, aku tidak memaksa sekarang, artinya,
kalau kalian sudah baikan, kamu harus menolong aku.” Gumam Mark. Setelah itu,
Mark dan Nicky pamit pergi lebih dulu. Berhubung, di sini sepi, aku segera
membuka surat tadi
dengan jantung dag dig dug dan hati yang cenat-cenut.
Isi suratnya kira-kira seperti ini,
Ehm, hi, how are you chisel?
first sorry, if I'm wrong to
give this letter to you. but, there is a very important thing I shall bring
again before it's too late. since first I saw and know yourself, suddenly I
feel my life is different. but for some reason, when I want to be close to you
all that it seems impossible. I'm afraid, you feel different to me with what I
feel at this time. but, honestly, I LOVE YOU. the millions who can not reveal
the reason why these feelings can occur. sorry, if I did not communicate
directly. once again, I love you and you do not need to know who I am because
soon you will know slowly.
From: Mr.xxxxx
Whatt???? Siapapun tolong
bangunkan aku sehingga aku tidak menghayal terlalu tinggi! Apa ini sekedar
mimpi?? Tiba-tiba aku teringat apa yang dibilang Nicole di kelas. apa benar ini
dari Bryan ? Ah,
aku bingung! Nama pengirimnya pakai kode lagi seperti di filem-filem! Huuh,
cobaan apa lagi sih yang harus kuhadapi? Tuhan, berikan pertolonganmu sekarang,
I need a miracle!
***
Sekilas kulihat Nicole baru saja keluar dari ruang guru. Dengan terburu-buru
aku mencoba memanggilnya, “Nicoooolllee!!” Dia menoleh sebentar, namun beberapa
saat kemudian dengan jutek bebeknya dia melanjutkan langkahnya kembali. Aku
mencoba mendekatinya, “Nicole, tolonglah, kita selesaikan semua dengan kepala
dingin. Aku juga perlu alasanmu mengapa semua jadi begini. Hidupku jadi tidak
tenang, Cole. Tanpamu aku galau, aku selalu menyendiri.” Lunakku. Nicole hanya
diam dan memperlambat jalannya.
“Hah? Galau? Bukakankah kamu
punya banyak teman dan cowok ganteng-ganteng itu?” timpal Nicole. Apa cowok? Siapa
sih? Aku tak mengerti apa yang dia bilang. Atau jangan-jangan…
“Chiseeeel!! Aku perlu bantuanmu
sekarang! Eh, hai Nicole. Ayo Shel. Please??” seseorang di belakang teriak
seperti melihat maling berkeliaran. Bryan lagi Bryan lagi. Ini anak
seperti aku aja emaknya!
“Tuh kan , udah ah aku jalan duluan. Selamat bersenag-senang!”
ucap Nicole sinis. Aku menghela nafas mencoba menahan emosi. Gara-gara Bry juga
sih! Ckckckc... Aku segera menarik lengan Bryan
menjauh dari tempat tadi.
Sambil berjalan, aku ingin menanyakan surat tadi pada Bry.
“Emm, Bry, apakah kamu hari ini
mengirim surat ?”
tanyaku dengan hati-hati. “Memangnya kenapa?” jawabnya curiga. Aku segera memutar
otak mencoba mencari alasan yang tepat.
“Apa kamu kenal surat
ini?” aku menyodorkan surat itu pada Bryan . Seketika itu juga Bryan ingin bicara, namun
sayangnya Shane segera datang menghampiri kami.
“Maaf menganggu, Chisel, kamu
dipanggil Ms.Elizabeth ke ruangannya segera.” Bryan tampak sedikit gusar. “Baiklah, tapi
aku lupa di mana ruangan Ms.Elizabeth.”
“Biar aku yang antar!” jawab
Shane dan Bryan
serempak. Aku hanya terdiam seolah tak percaya dengan apa yang mereka ucapkan. Dan
akhirnya Shane yang mengantarku namun anehnya, aku malah senang. What is this
sign?
***
Waaa :3 Chisela Misery !! masalahnya jadi
makin rumit, tapi eehh cie cie, dia dapat surat
cinta tuh dari orang tak dikenal. Kira-kira siapa ya? Apakah benar Bryan ? Atau yang lain? Penasarankan??
Ikuti aja ceritanya yaa, Part 7 menyusul .. babayyy ;)
Thanks before, Bella.
so far So good Dhe,, Makin Kereen,, Coba dhe2 promote Ke Ka Maria di westlife author....biar dpt Masukan
BalasHapusmakasih kaka :3 udah kok, aku juga udah join di grup The Westlife Author dari kak Qorriza. makanya aku jadi bisa minta saran kak maria, dan alhamdulillah, tulisanku jadi meningkat :)
Hapus