Westlife World

Westlife For Now and Forever

Westlife For Now and Forever

Senin, 06 Agustus 2012

Puzzle Of My Heart *Part 6*

#6 Sepucuk Surat Cinta
  
   Tak berbeda dari hari kemarin, aku kembali berjalan menuju kelas seorang diri. Tak seperti biasanya pula selalu ditemani Nicole dengan sambutan senyumnya yang hangat. Sangat tak nyaman jika aku harus menjauh darinya untuk sesaat atau selamanya. Berapa menit ketika aku hendak meletakkan tas, tampak sekelebat bayangan seseorang (bukan hantu ya!) dengan cepat keluar kelas. Whaat?? Who is?? Aku mulai berpikiran macam-macam. Oh, c’mon Chisel!!! Everything is okay! Aku mulai menenangkan diri yang sedikit parno melihat hal tadi. Kebetulan lampu kelas dalam keadaan redup, jadi penglihatanku sedikit terganggu. Ketika aku sedang meletakkan kamus bahasa inggris di laci meja, tiba-tiba tanganku mendapatkan sesuatu yang aneh. Jangan-jangan ada cecurut ngumpet lagi?!! *trauma*. Namun ternyata, aku mendapatkan secarik amplop berwarna merah muda berbentuk hati. *ehem eheem.
“For me??” gumamku. Aku mencoba melihat isi amplop itu, sayangnya seorang cowok memanggilku untuk keluar kelas. Tanpa sadar, aku meninggalkan surat itu dengan sembarang.

   “Bryan? Ada apa? Tumben pagi-pagi ke sini?” ternyata Bry dengan wajah cemas menghampiriku tanpa alasan. Dia menarik lenganku untuk mengikuti langkahnya entah ke mana. dengan tak terduga, dari sisi kiri, Nicole baru datang bersama seorang temannya. Dia melihatku bersama Bryan dan tiba-tiba wajahnya sangat masam. Aku hanya bisa diam melihatnya bersikap seperti itu.

@Neoclassical Park

   “Bry, ada apa sih? Lepaskan dulu tanganku!” lalu Bry melepaskan genggamannya dan menghadapkan wajahnya padaku.
“Gue ke sini cuma mau nanya sesuatu sama lo. Gue harap elo jawab jujur sama gue. Janji?” Bry mengulurkan kelingkingnya pertanda aku harus menepatkan ucapannya tadi.
Tapi, aku hanya diam. Jujur saja, aku masih tak mengerti apa yang dimaksud Bryan.
“Baiklah…”  aku menyambut kelingkingnya dengan senyum kecut. Kicauan burung merpati pagi itu seolah menjadi penghiburku kali ini. Entah mengapa aku menjadi tak semangat, diriku sendiri bingung apa yang tengah terjadi.
“Shel, kemarin kenapa lo nangis? Jujur ya. Kalau lo mau cerita sama gue, gue selalu siap. Tapi, kalau enggak juga gak apa-apa.” Bryan bertanya dengan sikap yang kuyu tidak seperti biasanya. Nangis?? Ternyata dia masih ingat kejadian kemarin. Padahal aku mencoba untuk melupakan hal itu. Dengan sabar, Bryan masih menunggu jawaban dariku.
“Eerr, enggak kenapa-kenapa kok. Udah deh, lupain aja.” Aku mencoba mengalihkan perhatiannya. Namun Bry masih diam seolah tetap pada pendiriannya.
“Gue gak yakin, Shel. Kenapa sikap lo sama gue akhir-akhir ini beda? Gak seperti biasanya.” Aku menarik napas panjang lalu menghela, “Oke Bry, tapi gue mohon kamu jangan marah ya. Sebenarnya, kemarin Nicole marah sama aku gara-gara lupain janjinya yang bentrok dengan janji aku sama mu. Karena sudah terlanjur ikut kamu, aku terpaksa ninggalin Nicole. Dan sampai saat ini Nicole masih bersikap tak acuh padaku.” Aku mencoba menahan desakan air mata dan sesaknya napas di dada.
   “That’s means, I was wrong! Chisel, kalau elo bilang dari pertama gue juga gak bakal maksa.” Terlihat Bryan sangat menyesal. Begitupun denganku. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur, dan waktu takkan bisa berputar kembali.
“Chisel, maafin gue. Gue janji gue bakal bantuin elo buat baikan sama Nicole.” Sekali lagi Bry memelas memohon padaku. Sebenarnya sangat tidak tega melihat dia seperti itu, namun emosi masih menguasai pikiranku, dan keadaanku semakin tidak stabil.
***
   Aku kembali teringat dengan sepucuk surat yang kutemukan tadi pagi. Namun, aku tidak menemukan surat itu kembali. Mana kelas lagi rame! Tak terduga, seseorang berdiri dihadapanku sambil memegang sesuatu yang sepertinya kukenal. IT’S MY LETTER! Aku terkejut, Nicole! Sekarang surat itu ada di tangannya. Ya ampun, kenapa aku bisa teledor sih! Surat itu sepertinya privacy dan aku ceroboh meletakkannya dengan sembarang.
“Chisela Misery! Maaf ya, aku sudah baca duluan. Sebenarnya aku tak tau untuk siapa surat ini, so aku enggak salah kan?? Dan ternyata untuk mu. Ternyata sudah kuduga lebih dahulu, pasti kamu ada hubungan dengan dia!”  Nicole melempar suratnya ke wajahku. Tidak kusangka-sangka, sebegitukah Nicole menyikapi masalah ini? Rasanya aku ingin bertukar kehidupan dengan Koa yang masih kecil dan tak mempunyai masalah. Namun mustahil rasanya. “Maksud mu apa??” aku balik bertanya. Nicole hanya tertawa hambar dan menjamkan tatapannya padaku.
“Baca aja sendiri! Atau perlu aku bacain di depan mereka semua????!!” terlihat Nicole mengancam sehingga membuatku bermohon padanya untuk tidak senekat itu. “Palingan dari cowok kamu itu, BRYAN MCFADDEN!” timpal Nicole sebelum dia mengehentakkan kursinya lalu berjalan ke luar kelas. semua mata di kelas tertuju padaku. Aku hanya menundukkan kepala lau berjalan loyo menuju toilet.

   Gedebuukdunggcesstingg!!! Yess, akhirnya aku kembali jatuh mirip orang idiot! *depresi* “Loh, Chisela kan?” Tanya seseorang di depanku bersama satu orang teman di sampingnya. “Loh, Mark, Nicky. Kalian ngapain ke sini?” aku balik bertanya. Mereka berdua saling bertatap wajah dan tersenyum tipis.
“Gue malah mau ketemu sama lo. Beruntung udah ketemu duluan. Lagian, gue juga lupa di mana kelas lo.” Jawab Mark. Aku yang tadinya mau ke toilet jadi nge-gossip sama dua cowok ganteng ini *eh. “Emang ada apa?” tanyaku. Mark tampak malu-malu dan mengisyaratkan Nicky untuk menjelaskan semuanya.
“Emm, begini, Shel. Mark ini mau minta tolong sesuatu sama kamu. Dia lagi falling in love sama sahabatmu itu, si Nicole. And finally, Mark dengan mantap pengen nembak si Nicole.” Aku hanya melongo mendengar apa yang diucapkan Nicky barusan. Seolah tidak percaya, aku menggoyang-goyagkan telingaku agar tidak salah dengar.
“SERIUS? MARK MAU NEMBAK NICOLE?” teriakku yang membuat siswa-siswa yang melintas kecewa mendengarnya. Maybe, mereka suka juga kali sama Mark dan patah hati mendengar itu. Nicky dan Mark menarik tanganku. Mau dibawa ke mana lagi??!!!

   “Chisell yang cantik, baik hati, dan rajin menabung. Bantuin gue ya ya. Ntar gue beliin coklat deh, ya ya yaaa, please, ayo dong Shel jawab. Ya ya ya??? Ya ya??” Mark menyerocos sedemikian sehingga aku dan Nicky melongo.
“Gimana aku mau jawab, kamunya nobros sampai nabrak tembok gitu! Maaf Mark bukannya aku tidak mau, tapi…. Aku dan Nicole sedang ada masalah, so, it’s impossible.” Aku merasa tidak enak pada Mark. Padahal sepertinya dia sudah sangat berharap, tapi mau gimana lagi? Sedangkan Nicole judesnya tingkat dewa!
“Masalah? Benarkah? Padahal kurasa kalian tidak pernah ada masalah. Baiklah, aku tidak memaksa sekarang, artinya, kalau kalian sudah baikan, kamu harus menolong aku.” Gumam Mark. Setelah itu, Mark dan Nicky pamit pergi lebih dulu. Berhubung, di sini sepi, aku segera membuka surat tadi dengan jantung dag dig dug dan hati yang cenat-cenut.

   Isi suratnya kira-kira seperti ini,
Ehm, hi, how are you chisel?

first sorry, if I'm wrong to give this letter to you. but, there is a very important thing I shall bring again before it's too late. since first I saw and know yourself, suddenly I feel my life is different. but for some reason, when I want to be close to you all that it seems impossible. I'm afraid, you feel different to me with what I feel at this time. but, honestly, I LOVE YOU. the millions who can not reveal the reason why these feelings can occur. sorry, if I did not communicate directly. once again, I love you and you do not need to know who I am because soon you will know slowly.

From: Mr.xxxxx

Whatt???? Siapapun tolong bangunkan aku sehingga aku tidak menghayal terlalu tinggi! Apa ini sekedar mimpi?? Tiba-tiba aku teringat apa yang dibilang Nicole di kelas. apa benar ini dari Bryan? Ah, aku bingung! Nama pengirimnya pakai kode lagi seperti di filem-filem! Huuh, cobaan apa lagi sih yang harus kuhadapi? Tuhan, berikan pertolonganmu sekarang, I need a miracle!
***
   Sekilas kulihat Nicole baru saja keluar dari ruang guru. Dengan terburu-buru aku mencoba memanggilnya, “Nicoooolllee!!” Dia menoleh sebentar, namun beberapa saat kemudian dengan jutek bebeknya dia melanjutkan langkahnya kembali. Aku mencoba mendekatinya, “Nicole, tolonglah, kita selesaikan semua dengan kepala dingin. Aku juga perlu alasanmu mengapa semua jadi begini. Hidupku jadi tidak tenang, Cole. Tanpamu aku galau, aku selalu menyendiri.” Lunakku. Nicole hanya diam dan memperlambat jalannya.
“Hah? Galau? Bukakankah kamu punya banyak teman dan cowok ganteng-ganteng itu?” timpal Nicole. Apa cowok? Siapa sih? Aku tak mengerti apa yang dia bilang. Atau jangan-jangan…
“Chiseeeel!! Aku perlu bantuanmu sekarang! Eh, hai Nicole. Ayo Shel. Please??” seseorang di belakang teriak seperti melihat maling berkeliaran. Bryan lagi Bryan lagi. Ini anak seperti aku aja emaknya!
“Tuh kan, udah ah aku jalan duluan. Selamat bersenag-senang!” ucap Nicole sinis. Aku menghela nafas mencoba menahan emosi. Gara-gara Bry juga sih! Ckckckc... Aku segera menarik lengan Bryan menjauh dari tempat tadi.

   Sambil berjalan, aku ingin menanyakan surat tadi pada Bry.
“Emm, Bry, apakah kamu hari ini mengirim surat?” tanyaku dengan hati-hati. “Memangnya kenapa?” jawabnya curiga. Aku segera memutar otak mencoba mencari alasan yang tepat.
“Apa kamu kenal surat ini?” aku menyodorkan surat itu pada Bryan. Seketika itu juga Bryan ingin bicara, namun sayangnya Shane segera datang menghampiri kami.
“Maaf menganggu, Chisel, kamu dipanggil Ms.Elizabeth ke ruangannya segera.” Bryan tampak sedikit gusar. “Baiklah, tapi aku lupa di mana ruangan Ms.Elizabeth.”
“Biar aku yang antar!” jawab Shane dan Bryan serempak. Aku hanya terdiam seolah tak percaya dengan apa yang mereka ucapkan. Dan akhirnya Shane yang mengantarku namun anehnya, aku malah senang. What is this sign?
***
 Waaa :3 Chisela Misery !! masalahnya jadi makin rumit, tapi eehh cie cie, dia dapat surat cinta tuh dari orang tak dikenal. Kira-kira siapa ya? Apakah benar Bryan? Atau yang lain? Penasarankan?? Ikuti aja ceritanya yaa, Part 7 menyusul .. babayyy ;)

Thanks before, Bella.

2 komentar:

  1. so far So good Dhe,, Makin Kereen,, Coba dhe2 promote Ke Ka Maria di westlife author....biar dpt Masukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih kaka :3 udah kok, aku juga udah join di grup The Westlife Author dari kak Qorriza. makanya aku jadi bisa minta saran kak maria, dan alhamdulillah, tulisanku jadi meningkat :)

      Hapus