Westlife World

Westlife For Now and Forever

Westlife For Now and Forever

Senin, 23 Juli 2012

Puzzle Of My Heart *Part 4*


#4

   Seperti biasa, siang itu, Nicky, Mark, Shane dan Bryan kumpul di markas mereka.
@Carlton Café
Mark terlihat agak lesu seperti biasanya. Seperti kehilangan cahaya hidup yang hilang entah kemana. “Mark, are you okay?” Tanya Nicky yang mengundang perhatian Bryan dan Shane. “Yeah, sedikit buruk, Nick. But, I’am okay.” Mark mencoba mengalihkan perhatian teman-temannya agar tidak khawatir. Sebenarnya dia tidak sakit, namun………
“Kenapa gue jomblo mulu ya? Padahal wajah gue kan ngalahin Tom Cruise.” Ucap Mark dalam hati. -_-“ Shane yang dari tadi ngotak-atik Iphone nya, terlihat sedikit gersah tak beralasan. Namun lain dengan Bryan, dia terlihat seperti orang yang lagi kasmaran. :O
“Lads, kalian kenapa sih? Aneh tau gak! Hari ini kalian seperti alien yang mencoba beradaptasi!” Kesal Nicky. Bersamaan, Mark, Bryan dan Shane menatap Nicky. “Tuh kan, ngeliatin gue aja sampai segitunya. Gue tau gue emang ganteng, tapi jangan segitunya juga kali.” Nicky mulai Pede mode ON!
“Gue bete ah, kalau begini terus. Gue mau pulang aja!” ngambeknya.
Mark, Shane dan Bryan dengan cepat berdiri mencoba mencegah Nicky.
“Okay, adilnya, kita sharing aja deh sekarang. Lo duluan aja Mark.” Nasihat Shane yang berhasil membuat Nicky kembali duduk dengan sedikit mendumel.

   Wajah Mark terlihat pasrah. Mungkin apa yang dibilang Shane benar. Dia mempunyai teman untuk berbagi. “Baiklah, sebenarnya gue engga sakit. Cuma………” Kata-kata Mark yang menggantung membuat teman-temannya penasaran. “To the point aja Mark.” Tegas Nicky.
“Cuma, gue udah bosen jomblo terus. Lo pada tau kan, gue ini keren. Tapi gak ada yang berani deketin gue.” Lanjut Mark. Nicky dan Shane hanya garuk-garuk kepala mencoba mencari solusi. Sedangkan Bryan hanya tersenyum tak karuan.
“Ehmm, Mark, gue Cuma mau ngingetin aja. Lo pernah dekat sama perempuan gak?” Tanya Nicky. Mark hanya menganggukkan kepala.
“SAMA SIAPA???????” tiba-tiba Bryan nanya sambil ngotot. –-“
“Santai, Bry!” ucap Shane. Tapi Mark semakin menundukkan kepalanya. Seolah tidak ingin mengingat kembali masa lalunya. “Pernah, Cuma sekali. Cuma enggak sampai jadian. Namanya Calmond Grumbly. Gue cinta banget sama dia. Sayangnya dia cuek jutek bebek, jadi gue enggak berani shoot deh.” Teter Mark. Bryan hampir jungkir balik gara-gara nahan ketawa. “Katanya lo gentle Mark?! Masa gitu aja enggak berani! Kenapa dulu lo engga minta bantuan gue aja. Kali aja kesampaian.” Ucap Bryan. “Gimana mau minta bantuan, lo nya aja sibuk ngejar si Catherine!” jengkel Mark. Bryan hanya nyengir mengingat kejadian dia ditolak si Cat gara-gara nembak pake bunga layu. xD

   “Mark, coba lo buka hati lo lagi buat yang lain. Kali aja, ada yang suka sama lo. Tapi karena elo nya juga tertutup jadinya yang tadinya suka jadi mendam perasaanya sendiri.” Nasihat Shane. “Dan penyebab lain, mungkin lo masih cinta banget sama si Grumble itu. Jadi susah untuk nyari yang lain.” Timpal Nicky. Mark terdiam mendengar nasihat kedua temannya itu. Sedangkan Bryan menyodorkannya se-cup ice cream. “Thanks, Bry.” Ucap Mark. Lagi-lagi Bryan hanya tersenyum. “Oke, gue sadar hati gue masih untuk Grumble. Gue aka coba untuk yang lain. Thanks advicenya, guys!” Mark mulai tersenyum. “Nih, minum dulu.” Ucap Bryan pada Shane dan Nicky.

   “Nah, kalau elo sendiri gimana Shane?” sebaliknya Mark yang bertanya. Shane hanya diam seperti berpikir. Ketiga temannya menunggu karena mereka tau, Shane orangnya pendiam. Jadi agak susah buat sharing masalahnya. “Baik, jujur aja. maaf Bry. Gue sebenarnya bete nunggu kabar elo dari kemarin.”
Mata Mark dan Nicky tertuju pada Bryan. “Oke oke, gue kelupaan ngasih tau lo Shane. Untung keinget sekarang.” Bryan meminta maaf pada Shane sebelum diterkam Mark dan Nicky. “Sebenarnya, gue udah ketemu kelas Chisel. Dia memang masuk kelas unggulan. Kelas X.A.” Bryan memberitahu Shane dengan agak berat hati. Entah kenapa perasaannya tidak ikhlas.
“C’mon, Bry. Elo kenapa sih? Ini kan memang permintaan Shane yang udah lo sanggupin.” Tanya Bryan pada dirinya sendiri.
“Oke, masalah Shane clear. Elo lagi Bry.” Nicky mepersilahkan Bryan untuk bercerita.
 
   “Let me guess. Pasti elo lagi kasmaran kan?? Jujur aja deh.” Tebak Mark yang membuat wajah Bryan merah padam. Shane mengernyitkan keningnya. Sepertinya dia curiga dengan Bryan. “Hehehe, sok tau ah lo Mark.” Sergah Bryan. “Jujur aja deh. Lagian enggak ada yang marahkan kalau lo emang lagi falling in love?” goda Mark. Bryan memberanikan diri menatap Shane. Namun sepertinya ada yang aneh.
***
@Book Store

   “Aku cari buku fisika dulu yaaa..” aku memisahkan diri dengan Nicole yang sedang asyik membaca novel. Nicole hanya mengangguk lalu melanjutkan bacanya kembali. Setelah menemukan buku yang kucari, aku kembali menuju tempat semula di mana Nicole barada. “Gimana, udah ketemu?” Tanya Nicole. “Udah. Kamu?” aku kembali bertanya. “Udah juga. Yaudah, langsung ke kasir aja yuk. Udah mendung juga, mom sudah nunggu di luar.” Ajak Nicole.

   “Pulang bareng yuk?” ajak Nicole. “Sebenarnya sih aku mau, hanya saja, aku harus mebeli sesuatu yang lain.” Ucapku. “Yahh, maaf deh aku gak bisa nemenin kamu lagi. Setelah ini ada jadwal les balet, makanya mom jemput sekarang. Kamu gak papa kan sendirian?” Nicole mencoba memastikan.
“Gak apa-apa kok. Kamu pulang aja duluan. Nanti telat lagi.” Aku mencoba tersenyum. Nicole segera masuk ke mobil sambil melambaikan tanganya padaku.
“Huffh, nasib nasib… mana Dad gak bisa jemput. Pak Kevin masih sakit. Aku harus pulang naik taxi lagi.” Keluhku.
Tiiiiiiiiiin!!!! Bunyi klakson mobil di belakang mengagetkan ku. Hampir jantung copot! -_- Mobil itu berjalan perlahan seperti mengikuti langkahku.
“Hei, kalau jalan hati-hati.” Peringat seseorang dalam mobil. Aku yang lagi bete, hampir naik darah. Mana lagi dehidrasi lagi. Aku menoleh menghadap kaca mobil itu sambil berteriak mencoba mengalahkan angin yang kencang.
“Maaf, saya tau saya salah.” Aku mencoba membela. Ketika kaca mobil itu turun perlahan, muncul wajah seseorang yang membuatku membelalakan mata.
“Eh Elo?? Chisel kan?” Tanya orang itu.
“Lahh, ketemu lagi ama ni orang. Ya Tuhan, mengapa hidupku menderita seperti ini.” Ratapku. “Iya.” Jawabku.
“Mau ke mana? Gue antar yuk?” tawar Bryan. “Eh, enggak usah. Aku bisa naik taxi.” Aku mencoba menyela. “Yakin? Gerimis loh. Taxi nya juga penuh tuh.” Benar apa yang dikatakan Bryan. Tiba-tiba hujan mengguyur dengan perlahan. Baiklah, aku menyerah. Ku iyakan ajakanyya. Hitung-hitung hemat. :D
***
    “Shel, temenin gue lunch dulu mau gak? Kebetulan ada Foodcourt dekat sini.” Bryan bertanya padaku. Sebenarnya kalau boleh jujur nih ya, pengen cepat-cepat pulang. Soalnya Mom udah nge-bell (*miscall) sampai lebih dari 10x. ^^” Tapi sebagai ucapan terimakasih, aku mengangguk.

   Selesai makan, aku izin ke toilet sebentar. Sebenarnya sih untuk nge-cek Hp sebentar. Ketika keluar dari toilet, aku menabrak seseorang di depan. Beruntung, Hp sudah selamat di dalam tas.
“Aduh, maaf ya maaf banget!” aku benar-benar merasa ceroboh. Aku mencoba melihat orang yang kutabrak tadi. Dan ternyata……
“Huhh, iya deh enggak papa. Cuma lengan gue keseleo nih!” ringsinya. Biar kutebak, pasti lengannya membentur tembok. -_-“
“Loh, dia kan……” aku mencoba mengingat. Namun aku tidak tau siapa namanya. “Eh, Chisela kan?” tanyanya persis seperti Bryan tadi. “Heheh, iya, kamu kan…”
“Shane, Shane Filan. Kamu ngapain di sini?” tanyanya kembali. “Lagi Lunch.” Jawabku.
“Sendirian?” Shane curiga. Dia seperti kenal dengan seseorang yang sedang duduk di sana. “Sama dia?” tunjuk Shane “Iya, benar. Sama Bryan.” Jawabku.
Shane telihat kaget mendengar nama itu. Dia hanya diam.
“Hei, kamu gak papa kan?” aku mencoba memastikan gelagatnya. Aneh sekali.
“Oh, ehm, tidak. Tidak papa. Baiklah, aku harus segera pergi. Salam buat Bryan ya.” Ucapnya datar. Shane segera berkilah bergegas pergi memutar arah. Sejenak kurasakan keganjalan tingkahnya tadi.
“OOhh, jadi namanya Shane. Nama yang unik.” Ucapku tersenyum.
***
   “Thanks ya, atas bantuannya tadi. Maaf jika merepotkanmu.” Ucapku pada Bryan. “It’s okay. Thanks juga sudah nemenin gue lunch. Hari ini gue tidak keliatan kayak orang Jomlos (*Jomblo Sejati).” Cengir Bryan. “
“Oh iya, tadi ada yang nitip salam. Namanya… aduh lupa lagi! Oh iya, Shane! Shane Filan, benarkah? Sepertinya kamu kenal dengannya.” Ucapku sebelum turun dari mobil. Tak jauh dari kelakuan Shane, Bryan tiba-tiba juga terdiam mendengarnya. “Shane? Oh ya, baiklah. Aku memang mengenalnya. Dengan baik.” Bryan buru-buru memperjelas ucapannya seolah tidak ingin membuatku curiga. “Baik, sekali lagi terimakasih.” Aku menutup pintu mobil dan di depan sudah ada Mom berdiri. “Dear, kok lama sekali?? Mom khawatir. Mom kira kamu nyasar.” “Hahaha, mom, aku kan sudah dewasa. Pasti bisa jaga diri baik-baik kok. Tenang saja.” Aku mencoba memupuk rasa cemas Mom. “Baiklah, cepat ganti baju dan segera istirahat. Dad akan mengantarmu untuk les piano.” Perintah Mom. “Baik, Mom.”

   Aku berjalan perlahan menuju kamar sambil berpikir atas kejadian tadi. Dua orang yang sama-sama baru ku kenal dengan tingkah laku aneh ketika kusebutkan nama dari salah satu mereka. Sebenarnya ada apa sih? Baiklah, dari pada pusing mikirin yang tadi, aku segera melompat ke kasur untuk beristirahat dengan perasaan menggantung.
***
   Nah loh! Ada apa itu antara Shane dan Bryan??? Kok tiba-tiba jadi aneh ya? Chisel aja pusing mikirin nya. Hhihih :D mau tau kelanjutannya kan?? Apa sih yang sebenarnya terjadi antara mereka?? Ikutin terus ceritanya ya.

Part 5 menyusuuuuuuul, bubbaaaay!! ;)

Thanks before, Bella.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar